Selaras dengan perkembangan jaman maka kebutuhan akan bahan bakar semakin meningkat yang tidak dapat diimbangi dengan ketersediaan bahan bakar fosil. Ketergantungan akan bahan bakar fosil ini dapat ditekan dengan memulai menggunakan bahan bakar alternatif seperti briket yang diperoleh dari bahan dasar biomassa hasil limbah industri. Pemberiketan merupakan usaha meningkatkan densitas suatu biomassa yang sebelumnya memiliki nilai densitas yang rendah guna menurunkan persoalan penanganan seperti penyimpatan. Pembriketan ini dapat dikatakan ramah lingkungan karena selain dapat menggantikan bahan bakar fosil juga dapat membantu memproses untuk mengurangi limbah dilingkungan sekitar.
Briket merupakan bahan bakar padat yang mempunyai nilai kalori yang tinggi, dan dapat menyala dalam waktu yang lama dan umumnya memiliki bentuk yang seragam. Densifikasi biomassa menjadi briket bertujuan untuk meningkatkan densitas dan menurunkan persoalan penanganan seperti penyimpanan dan pengangkutan. Secara umum densifikasi biomassa mempunyai beberapa keuntungan:
1. Menaikkan nilai kalori per unit volume.
2. Mudah disimpan dan diangkut.
3. Mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam.
2. Mudah disimpan dan diangkut.
3. Mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam.
Teknologi briket dapat dibagi menjadi tiga bagian, pertama
pembriketan dengan tekanan tinggi, kedua pembriketan tekanan sedang dengan
pemanas, dan ketiga pembriketan pada tekanan rendah dengan perekat. Teknologi
tersebut sudah banyak dipakai untuk memanfaatkan
biomassa atau limbah pertanian menjadi sumber energi terbarukan, antara lain briket dari
sekam padi, serbuk gergaji, ampas tebu, kulit kacang.
Briket dibagi menjadi
dua yaitu briket karbonisasi dan non karbonisasi. Kedua briket ini dibedakan
dari tahap awal pembriketan, dimana pada briket karbonisasi bahan atau biomassa
diawali dengan pirolisa dahulu atau pengarangan berbeda halnya dengan briket
non karbonisasi, dimana bahan yang akan dibriketkan tanpa ada proses pengarangan
dahulu. Selanjutnya tahap pembriketan dua jenis briket tersebut hampir sama
dengan tahap persiapan bahan, pencampuran, pencetakan atau pengepressan dan
penjemuran.
Pembuatan Briket
Tahap pertama yaitu persiapan bahan. Persiapan bahan meliputi persiapan bahan yang telah dihaluskan dan persiapan binder atau perekat cetakan. Persiapan bahan diawali dengan penghalusan atau penghancuran biomassa/arang, kemudian arang tadi diayak dengan menggunakan ayakan. Tujuan pengayakan memperoleh serbuk-serbuk yang seragam. Persiapan binder atau pembuatan binder diperoleh dengan memasak kanji ditambah air hingga diperoleh cairan lengket sebagai perekat. Cairan lengket tersebut merupakan campuran tepung kanji dan air yang telah mengental. Hal ini disebabkan adanya proses hidrolisa. Mengentalnya campuran tepung kanji dengan air disebut gelatinasi. Setelah penghalusan serbuk dan persiapan perekat siap, kemudian dilanjutkan ketahap berikutnya.
Tahap kedua yaitu pencampuran. Pencampuran dilakukan pada hasil bubuk halus arang dengan perekat. Pencampuran ini harus merata agar hasil briketnya dapat lebih bagus. Pemberian perekat atau binder diusahakan sedikit hanya untuk melekatkan saja karena sifat binder ini dapat mengurangi nilai efisiensi pembakaran dari briket tersebut. Sedangkan apabila perekat terlalu sedikit dengan tekanan yang rendah sekali maka hasil pembriketan mudah retak bahkan hancur. Setelah proses pencampuran selesai, kemudian dilakukan tahan selanjutnya yaitu tahap pencetakan briket.
Tahap ketiga yaitu pencetakan atau pengepressan briket dengan alat press. Tahap ini dilakukan dengan memasukan hasil campuran arang dengan perekat ke dalam cetakan yang kemudian ditekan menggunakan alat tekan. Kemudian, dilakukan penekanan dengan menggunakan alat tekan. campuran tadi ditekan sampai mampat, kemudian hasilnya dikeluarkan dari dalam cetakan selanjutnya masuk ketahap selanjutnya yaitu penjemuran.
Tahap terakhir yaitu penjemuran. Tujuan penjemuran agar kadar air dalam briket tersebut turun. Penjemuran dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari dan menggunakan oven. Penggunaan sinar matahari lebih menghemat biaya karena tersedia selalu namun suhu tidak dapat dikontrol, sedangkan dengan menggunakan oven suhu dan waktu dapat dikontrol. Semakin kecil kadar air yang terkandung dalam briket, maka kualitas briket akan semakin bagus karena nilai kalor briket tersebut akan semakin besar.
Tahap pertama yaitu persiapan bahan. Persiapan bahan meliputi persiapan bahan yang telah dihaluskan dan persiapan binder atau perekat cetakan. Persiapan bahan diawali dengan penghalusan atau penghancuran biomassa/arang, kemudian arang tadi diayak dengan menggunakan ayakan. Tujuan pengayakan memperoleh serbuk-serbuk yang seragam. Persiapan binder atau pembuatan binder diperoleh dengan memasak kanji ditambah air hingga diperoleh cairan lengket sebagai perekat. Cairan lengket tersebut merupakan campuran tepung kanji dan air yang telah mengental. Hal ini disebabkan adanya proses hidrolisa. Mengentalnya campuran tepung kanji dengan air disebut gelatinasi. Setelah penghalusan serbuk dan persiapan perekat siap, kemudian dilanjutkan ketahap berikutnya.
Tahap kedua yaitu pencampuran. Pencampuran dilakukan pada hasil bubuk halus arang dengan perekat. Pencampuran ini harus merata agar hasil briketnya dapat lebih bagus. Pemberian perekat atau binder diusahakan sedikit hanya untuk melekatkan saja karena sifat binder ini dapat mengurangi nilai efisiensi pembakaran dari briket tersebut. Sedangkan apabila perekat terlalu sedikit dengan tekanan yang rendah sekali maka hasil pembriketan mudah retak bahkan hancur. Setelah proses pencampuran selesai, kemudian dilakukan tahan selanjutnya yaitu tahap pencetakan briket.
Tahap ketiga yaitu pencetakan atau pengepressan briket dengan alat press. Tahap ini dilakukan dengan memasukan hasil campuran arang dengan perekat ke dalam cetakan yang kemudian ditekan menggunakan alat tekan. Kemudian, dilakukan penekanan dengan menggunakan alat tekan. campuran tadi ditekan sampai mampat, kemudian hasilnya dikeluarkan dari dalam cetakan selanjutnya masuk ketahap selanjutnya yaitu penjemuran.
Tahap terakhir yaitu penjemuran. Tujuan penjemuran agar kadar air dalam briket tersebut turun. Penjemuran dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari dan menggunakan oven. Penggunaan sinar matahari lebih menghemat biaya karena tersedia selalu namun suhu tidak dapat dikontrol, sedangkan dengan menggunakan oven suhu dan waktu dapat dikontrol. Semakin kecil kadar air yang terkandung dalam briket, maka kualitas briket akan semakin bagus karena nilai kalor briket tersebut akan semakin besar.
Faktor Kualitas dan Sifat Briket
Untuk lebih lengkapnya, info briket ini dapat di download disini:
Kualitas briket sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor utama, antara lain bahan baku briket, bahan tambahan dalam briket,
pengaruh kerapatan, kemampuan daya tahan terhadap tekanan. Bahan baku briket
yang digunakan akan mempengaruhi kualitas dari briket tersebut. Semakin kering
bahan yang digunakan, maka kadar air yang terkandung dalam briket akan kecil
sehingga akan mampu memberikan hasil bakar yang tinggi. Bahan tambahan yang digunakan
untuk pembuatan briket, juga turut serta dalam kualitas pembakaran briket
tersebut. Apabila jumlah kandungan air dalam campuran briket tinggi akan
mengurangi hasil bakar briket tersebut. Kerapatan juga dapat mempengaruhi hasil
dari briket tersebut. Kerapatan merupakan perbandingan antara berat dengan volume.
Bentuk struktur dari bahan briket yang digunakan mempengaruhi kerapatan dari
briket itu sendiri. Semakin halus bahan briket yang digunakan, maka nilai
kerapatannya akan tinggi karena ikatan-ikatan antar bahan semakin baik. Namun,
semakin kasar bahan yang digunakan untuk briket maka nilai kerapatannya akan
semakin kecil. Kerapatan yang semakin tinggi, akan menyebabkan berkurangnnya
rongga udara yang ada dalam briket sehingga briket mampu menghasilkan hasil
bakar yang maksimal.
Sifat-sifat yang dimiliki oleh briket yaitu hidroskopis, nilai kalor,
berat jenis serta kekerasan briket tersebut. Briket arang bersifat hidroskopis
karena bahan dasar pembuat briket adalah arang yang terbuat dari kayu dan dibakar tanpa adanya oksigen sehingga hanya
mampu membuat kayu tersebut terbakar namun tidak keseluruhan. Karena dibakar
maka mampu mengurangi kadar air dalam kayu sehingga lebih kecil daripada kadar
air di udara. Nilai kalor pada briket arang sangat dipengaruhi oleh kerapatan
briket arang tersebut. Semakin tinggi nilai kerapatan briket tersebut, maka
akan semakin meningkatkan nilai kalor yang ada pada briket tersebut. Apabila
kerapatan briket tersebut rendah, maka akan menurunkan nilai kalor yang ada pada
briket tersebut. Untuk kekerasan briket, briket akan berkualitas lebih baik
pada briket yang memiliki kekerasan yang lebih tinggi, karena pada briket yang
memiliki kekerasan rendah akan mudah rapuh saat pembakaran.
0 komentar:
Posting Komentar